Ia
adalah seorang anak yatim, Ayahnya meninggal pada saat ia masih berumur 4 tahun
dan ibunya meninggal ketika ia masih balita. Di bawah asuhan kakak kandungnya,
ia tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan iffa ( menjaga diri dari dosa ) dan
sangat berhati-hati dalam menjalani kehidupannya serta memiliki kemandirian
yang tinggi. Ibnu hajar Al-Asqalani itulah namanya. Beliau dilahirkan pada
tanggal 22 sya’ban tahun 773 Hijriyah di pinggiran sungai Nil di Mesir.
Nama
asli beliau adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud
bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Qabilah yang berasal dari Al-Asqalan. Namun
ia lebih masyhur dengan julukan Ibn Hajar Al Asqalani. Itu berawal dari kisah
beliau dengan batu yang ia jadikan sebagai awal motivasinya dan keinginannya
yang kuat untuk belajar. Kisah itu bermula ketika beliau masih belajar
disebuah madrasah, ia terkenal sebagai murid yang rajin namun ia selalu
tertinggal jauh dari teman-temannya. Bahkan sering lupa dengan pelajaran-pelajaran
yang telah di ajarkan oleh gurunya di sekolah yang membuatnya patah semangat
dan frustasi.
Beliaupun meminta izin kepada gurunya untuk meninggalkan sekolahnya. Dalam kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya hujan pun turun dengan sangat lebatnya, mamaksa dirinya untuk berteduh didalam sebuah gua. Ketika berada didalam gua pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Beliau pun berguman dalam hati, sungguh sebuah keajaiban. Bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena tetesan air yang terus menerus.
Dari
peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia di
asah trus menerus maka ia akan manjadi lunak. Batu yang keras saja bisa
terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya
batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi
dengan ketekunan, rajin dan sabar. Sejak saat itu semangatnya pun kembali
tumbuh lalu beliau kembali ke sekolahnya dan menemui Gurunya dan menceritakan
pristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat tinggi yang terpancar dijiwa
beliau, gurunya pun berkenan menerimanya kembali untuk menjadi murid disekolah
itu.
Sejak
saat itu perubahan pun terjadi dalam diri Ibnu Hajar. Beliau manjadi
murid yang tercerdas dan malampaui teman-temannya yang telah manjadi para
Ulama besar dan ia pun tumbuh menjadi ulama tersohor dan memiliki banyak
karangan dalam kitab-kitab yang terkenal dijaman kita skrang ini.
Ibroh :
“Kisah
Beliau diatas bisa menjadi motivasi bagi kita semua, bahwa sekeras apapun itu
dan sesusah apapun itu jika kita betul2 ikhlas dan telaten serta continue dalam
belajar niscaya kita akan menuai kesuksesan. Jangan pernah mengeluarkan
kata-kata menyerah atau kalah.
Ingatlah
wahai kawan…
“
Kegagalan bukan akhir dari segalanya, tapi kegagalan adalah sebuah
keberhasilan yang tertunda”.
Dan
ketahuilan wahai teman…”Man jadda wajada” siapa yang bersungguh-sungguh
maka dapatlah ia.
Dan
satu lagi yang perlu kita perhatikan, bahwa kunci dari segala kesuksesan ada
pada diri kita sendiri. Ini sejalan dengan firman Allah :
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang
mengubah keadaan mereka sendiri” ( QS. Ar Rad : 11 ).
Siapa mau seperti beliau ?....
BalasHapusPosting Komentar
Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..