Ilustrasi : Pilar-pilar |
Allah Ta’ala berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali Imran, 3: 110)
Ayat ini menyebutkan bahwa umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kepada kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. [1]
Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum muslimin di masa nabi dan telah menjadi darah daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah belah selalu berada dalam suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka. Bahkan Islam semakin melebarkan sayapnya hingga ke wilayah-wilayah Persia dan Romawi serta tersebar ke seluruh penjuru bumi. Ini adalah berkat keteguhan iman dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran.
Namun, pada masa selanjutnya kaum muslimin mengalami degradasi; diawali dengan terjadinya perpecahan politik, fanatisme, perebutan kepemimpinan dan jabatan. Tumbuhnya pertentangan keagamaan dan madzhab, sikap berpaling dari kitabullah dan sunnah Rasulullah, jumud dan fanatisme terhadap pendapat, serta gemar berdebat semakin melemahkan kekuatan mereka. Kondisi ini semakin parah ketika kebanyakan mereka tenggelam dalam berbagai kemewahan dan kenikmatan, suka bersantai-santai dan melampiaskan syahwat. Mereka mengabaikan ilmu pengetahuan dan bersikap lengah terhadap kekuatan musuh-musuhnya. Maka terjadilah kenyataan pahit yang telah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelumnya,
يُوْشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُم الأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا” اَوَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: “بَلْ اِنَّكُمْ يَوْمَئِذٍكَثِيْرُوْنَ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَيْلِ، وَقَدْ نَزَلَ بِكُمُ الْوَهْنُ” قِيْلَ: وَمَا الْوَهْنُ يَارَسُوْلَ اللّهِ ؟ قَالَ: “حُبُّ الدُنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkok.” Para sahabat bertanya: “Apakah saat itu jumlah kami sedikit ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa penyakit wahn.” Mereka bertanya lagi: “Apakah penyakit wahn itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Terlalu cinta dunia dan takut kepada mati” (HR. Abu Daud)..
Namun, seiring dengan semakin melemahnya peradaban Barat yang material minded, kini kesadaran akan kebangkitan umat ini telah tumbuh kembali. Kekotoran atheisme, permissivisme, hedonisme, sikap egoisme, dan ekonomi ribawi telah membuka mata generasi baru umat ini untuk segera bangkit. Sebagai bagian dari umat, kita hendaknya turut berkontribusi dalam gerakan kebangkitan yang kini terus digelorakan, sehingga dakwah menyebar di seantero negeri mengobati kerusakan jiwa, dekadensi moral, dan tindakan kriminal; seluruh manusia terbimbing dengan nilai-nilai dan aturan ilahi yang akan membawa kepada kebahagiaan dan kesejahteraan.
*****
Di hadapan kita ada medan amal yang demikian berat. Sebuah kerja besar yang harus dilakukan secara kolektif (amal jama’i), berbekal iman yang mantap (al-imanul ‘amiq), pembentukan (pembinaan) yang cermat (at-takwinud daqiq), dan kerja yang berkesinambungan (al-‘amalul mutawashil). Demi terwujudnya kebangkitan umat kita harus bekerja keras memancangkan pilar-pilar penyangganya, ia adalah :
Selanjutnya
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca, mudah-mudahan apa yang anda baca ada manfaatnya. Dengan senang hati, jika anda berkomentar pada tempat yang disediakan dengan bahasa yang santun..